Davidfinucane.com reptil Bertemu Buaya? Ini Cara Menyelamatkan Diri

Bertemu Buaya? Ini Cara Menyelamatkan Diri

Akibat curah hujan yang tinggi, menyebabkan banjir kembali melanda sejumlah daerah di Kabupaten Bangka dan Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Tidak hanya mengganggu aktivitas serta menimbulkan kerugian materi, banjir juga membuat warga menjadi resah. Pasalnya ada pemukiman warga yang terdampak banjir lokasinya tidak jauh dari sungai atau kolong yang merupakan habitat buaya.

Karena air sungai dan kolong yang meluap, warga takut buaya masuk ke pemukiman masyarakat dan menyerang mereka.

Tips Menyelamatkan Diri Dari Buaya

Ada beberapa tips kalau tiba-tiba ada buaya tak jauh dari tempat kita berada. Pertama jangan panik. Jaga jarak dengan buaya itu dan segera tinggalkan tempat kita berada.

Ingat, usahakan kita berenang, berjalan ataupun berlari secepat mungkin tapi juga dengan tenang. Jangan membuat kegaduhan karena hal ini malah bisa memancing perhatian buaya itu.

Memang akan sangat sulit sekali menghindar dari serangan buaya, jika Anda berada di tepi sungai. Namun, saat berada di daratan, cobalah untuk berlari lurus, jangan zig-zag seperti nasihat orang-orang.

Mengapa? Sebab, cara tercepat untuk melarikan diri dari buaya adalah berlari lurus saja secepat-cepatnya. Kecepatan gerak buaya di atas tanah adalah 17 km/jam.

Menurut Amir Hamidy, ahli herpetologi dari Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia (LIPI), buaya merupakan tipe hewan teritorial. Artinya, pejantan buaya akan melindungi atau menjaga daerah kekuasaannya dari ancaman luar.

“Sangat mungkin populasi buaya muara di Kalimantan meningkat dan secara alami buaya-buaya akan mencari daerah kekuasaan baru,” kata Amir.

“Mungkin, daerah kekuasaan baru itu dekat dengan permukiman atau lokasi aktivitas sehari-hari manusia,” imbuh Amir.

Amir mengatakan, dua tahun terakhir sejumlah ahli sedang melakukan penelitian terhadap buaya muara di Kalimantan. Salah satu tujuan penelitiannya untuk mengetahui populasi buaya di sana.

“Berdasar laporan yang diperoleh, baik dari warga atau media, kasus konflik buaya-manusia dalam lima tahun terakhir meningkat. Apakah itu berarti populasi buaya muara di Indonesia bertambah banyak? Tentunya akan terus didalami,” katanya.

Untuk mencegah konflik antara manusia dan buaya, Amir menyarankan masyarakat bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk mengetahui lokasi habitat buaya dan memberikan tanda peringatan agar tidak mendekat ke lokasi tersebut.

“Apabila sudah pernah ada kasus konflik atau pernah melihat keberadaaan buaya, lebih baik BKSDA setempat dan masyarakat memasang rambu-rambu peringatan bahwa area tersebut berbahaya untuk aktivitas manusia,” katanya.

Selain itu, masyarakat harus mengenal sifat atau perilaku buaya untuk mencegah terjadinya konflik.

“Buaya muara panjangnya bisa mencapai lebih dari tiga meter. Daya jelajah buaya muara itu sangat bagus, bisa di sungai dan menyeberang laut.”

“Apabila bertemu atau melihat buaya, lebih baik segera melaporkan ke BKSDA agar buaya dapat direlokasi ke tempat yang jauh dari pemukiman warga,” katanya.

Menurut Amir, proses relokasi buaya harus melibatkan profesional, karena sifat buaya sangat berbeda dengan reptil liar lainnya.

“Untuk melumpuhkan buaya dengan tidak membunuh buaya itu sangat sulit. Setelah dilumpuhkan, moncong buaya harus diikat kuat dan kedua mata buaya harus ditutup agar tetap terkendali saat dilakukan relokasi,” katanya.

Menurut Amir, buaya yang menyerang seorang warga seharusnya tidak dilepaskan. Warga seharusnya meminta BKSDA setempat untuk memindahkan buaya tersebut.

“Apabila buaya tersebut sudah direlokasi, tentu akan mencegah konflik manusia dan buaya di lokasi tersebut,” katanya.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post